Webinar Cochrane Indonesia, PKMK FKKMK UGM, dan CE&BU memasuki minggu kedelapan yang diselenggarakan pada Kamis, 14 Mei 2020. Webinar kali ini membahas mengenai COVID-19 pada kehamilan oleh dr. R. Detty Siti Nurdiati Z., Sp.OG(K), MPH, Ph.D, dengan dua pembahas yaitu DR. Muhammad Adrianes Bachnas, dr., SpOG(K) dan DR. Akhmad Yogi Pramatirta, dr., SpOG(K), MKes. Serta dimoderatori oleh Dr. Irwan Taufiqur Rachman, SpOG(K).
- Detty memaparkan 2 judul bukti ilmiah yang pertama yaitu artikel systematic review yang berjudul ”COVID-19 during pregnancy: a systematic review of reported cases.” Artikel ini mendapatkan data 51 kasus kehamilan dari 6 artikel yang relevan.
Poin-poin yang didapatkan pada artikel ini:
- Gejala yang peling sering dialami ibu hamil yaitu batuk kering, demam, dan post partum fever.
- Usia kehamilan rata-rata 35-38 minggu
- Sebanyak 96% ibu hamil dilakukan Caesarean Section (SC)
- Sebanyak 39% kelahiran premature
Data yang diperoleh dari 51 kehamilan tidak menunjukaan kesimpulan yang jelas yang bisa dijelaskan untuk pelayanan klinis pada ibu maupun janin karena outcome nya sangat bervariasi. Namun, risiko terhadap janin dan ibu tetap tidak bisa dikesampingkan karena tetap berisiko.
Keterbatasan yang disampaikan dr. Detty pada artikel ini yaitu bahwa implikasi obstetri masih terbatas dilihat dari jumlah maupun kualitasnya, sehingga jika ingin menggeneralisasikan harus dilakukan secara hati-hati. Sehingga, masih membutuhkan studi yang lebih detail terhadap ibu dan janin.
Pada implikasi klinisnya, COVID-19 bukan merupakan indikasi kontra terhadap persalinan pervaginam, jadi tidak semua yang terkena COVID-19 harus berakhir dengan terminasi secara Caesarean Section (SC) karena tidak terbukti adanya transmisi vertikal.
Penjelasan pada bukti ilmiah lainnya yang berjudul “Coronavirus disease 2019 (COVID-19) in pregnant women: A report based on 116 cases” yang meneliti kasus lebih banyak yaitu 116 kasus kehamilan. Artikel ini digunakan untuk mengevaluasi karakteristik klinis dan outcome pada kehamilan serta potensi infeksi SARS-COV-2 pada transmisi vertikal.
Poin-poin yang didapatkan dari artikel ini yaitu:
- Gejala yang sering timbul yaitu demam, batuk, kelelahan dan ada 23% tanpa gejala
- Terdapat 8 kasus pneumonia berat, namun tidak ada kasus kematian pada ibu
- Terdapat satu kematian neonatal dengan riwayat ibu yang menderita penuomonia berat dan septic shock
- Tidak ada bukti bahwa COVID-19 pneumonia pada ibu hamil lebih rentan dibandingkan dengan COVID-19 peuomonia pada ibu yang tidak hamil
- Tidak ada bukti transmisi vertikal SARS-CoV-2 selama kehamilan trimester ketiga.
Keterbatasan pada artikel ini yaitu tidak ada data lengkap tentang risiko anomali kongenital dan FGR. Peneliti memasukkan ibu hamil berdasarkan kriteria klinis. Pada saat dilaksanakan publikasi masih terdapat 40 ibu hamil yang masih dirawat di RS hal ini menjadikan terdapat hasil yang belum bisa dilaporkan. Dan tidak dapat memberi rekomendasi terhadap risiko transmisi vertikal saat manifestasi klinis ke delivery internal melebihi 38 hari.
- Adrian menyampaikan bahwa pada hasil penelitan artikel yang sudah dibahas yaitu pada SC rate mencapai 96%, angka ini sangat mengejutkan. Jika ditelaah dari ilmu obsetri umur kehamilan diatas 32 minggu memiliki angka keselamatan lahir normal sebesar 95%. Angka kelahiran premature yang juga tinggi, didasari dengan melihat kondisi seperti ini bahwa tenaga medis berusaha menyelamatkan ibu dan janin.
Namun, menurut dr. Adrian managemen yang paling baik dalam persalinan yaitu menunggu kondisi pasien yang terinfeksi COVID-19 pulih. Sehingga, setelah ibu hamil yang telah pulih dan dalam kondisi baik dapat dilakukan persalinan normal dengan hasil RT-PCR yang sudah negative.
Tidak ada alasan secara ilmiah yang mendasar bahwa bayi dapat terinfeksi di dalam kandungan, tetapi memungkinkan terinfeksi oleh ibu yang masih terinfeksi setelah lahir. Justru di dalam kandungan, janin dapat terlindungi.
Webinar yang diselenggarakan selama ini bertujuan untuk mengkaji informasi penelitian terkini tentang COVID-19, yang terus berkembang setiap saat. Kajian ini tidak ditujukan untuk memberikan rekomendasi keputusan medis namun, hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dalam pembuatan panduan pelayanan medis, yang dilakukan oleh lembaga berwenang (Kementerian Kesehatan atau asosiasi profesi).