Cochrane Indonesia-UGM. Untuk menentukan pengobatan yang tepat sesuai dengan kondisi nyata pasien tidak hanya memerlukan kemampuan dalam memberikan penjelasan dan melakukan suatu tindakan berdasarkan ilmu praktis saja, melainkan juga harus berdasarkan analisis situasi, merumuskan masalah, dan mencari sumber terpercaya atau literatur yang tepat. Pentingnya evidence based medicine (EBM) dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia, mendorong Chocrane Indonesia bersama dengan Clinical Epidemiology and Biostatistic Unit (CE&BU) mengadakan Evidence Based Medicine Workshop pada tanggal 5-6 Agustus 2019 bertempat di Gedung Tahir FK-KMK UGM. Kegiatan ini diikuti oleh 30 partisipan dari berbagai kalangan akademisi maupun praktisi di bidang kedokteran, gizi hingga keperawatan selama dua hari.
Acara dimulai dengan sambutan singkat oleh Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., PhD., SpOG(K) selaku Dekan FK-KMK UGM, kemudian pemaparan materi oleh Prof. dr. Moch Hakimi, PhD, SpOG(K) tentang Introduction of Evidence Based Medicine, kemudian dilanjut dengan materi Developing Answerable Clinical Question, Literature Searching, Evidence Based Medicine on Diagnosis and Prognosis dan Practical Exercise of Diagnosis di hari pertama. Pada hari kedua diawali dengan pemaparan materi oleh dr. Jarir At Thobari, Dpharm, PhD tentang Evidence Based Medicine on Therapy and Harm, dilanjutkan dengan materi Practical Exercise about Literature Searching of Therapy and Harm, Critical Appraisal of Therapy dan Prognosis, Overview of Systematic Review and Meta Analysis dan Overview Evidence Based Clinical Practice Guideline (EB-CPG).
EBM Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Klinis
Evidenced based medicine (EBM) merupakan ilmu yang sangat penting dipelajari serta diimplementasikan dalam pendidikan maupun pengambilan keputusan dalam memberikan pengobatan maupun tindakan pada pelayanan kesehatan. Evidance Based Medicine bermanfaat dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan Indonesia. Diharapkan dengan diadakannya kegiatan ini, dapat menumbuhkan kesadaran dalam melakukan riset di kalangan akademisi maupun klinisi, sehingga evidence based medicine (EBM) dapat diterapkan secara sinergis dan berkesinambungan.